Eropa: Siapkan Sistem Pembayaran Berbisnis Dengan Iran

Eropa: Siapkan Sistem Pembayaran Berbisnis Dengan Iran – Eropa tengah menyiapkan sistem pembayaran alternatif untuk memudahkan hubungan bisnis dengan Iran. Pembayaran alternatif tersebut menjadi bagian dari upaya Eropa untuk menghindari menjalankan pelanggaran sanksi yang telah dikenakan oleh Amerika Serikat (AS) kepada Iran.

Gedung Putih telah memberikan peringatan kepada Eropa, jika mereka tetap menjalankan sistem pembayaran alternatif tersebut maka AS akan memberikan denda dan hukuman yang berat. Namun, Eropa tidak terpengaruh dengan ancaman AS, dan tetap bergerak maju untuk mempersiapkan peluncuran sistem tersebut.

“Saya berharap, kami dapat segera meluncurkan sistem alternatif ini dalam waktu dekat,” ujar Juru Bicara Kebijakan Luar Negeri dan Keamanan Uni Eropa Maja Kocijancic. poker asia

Pemerintah AS memiliki banyak kekhawatiran tentang sistem pembayaran alternatif tersebut. Dalam kurun waktu jangka panjang, AS khawatir bahwa sistem pembayaran alternatif ini akan bersaing dengan sistem transfer bank internasional atau yang dikenal sebagai SWIFT. https://www.mrchensjackson.com/

Eropa: Siapkan Sistem Pembayaran Berbisnis Dengan Iran

Kekhawatiran lainnya yakni, negara-negara lain akan melakukan transaksi melalui sistem pembayaran di Eropa untuk menghindari sanksi AS. Adapun, Uni Eropa mengisyaratkan, sistem pembayaran alternatif tersebut hanya digunakan untuk transaksi kemanusiaan. Namun, AS khawatir sistem ini akan digunakan untuk transaksi non kemanusiaan dan mengindari sanksi AS.

“Kita harus menentang upaya untuk menciptakan saluran keuangan asing yang dapat digunakan Iran,” ujar Senator Marco Rubio.

Pemerintah AS bersama Polandia akan menjadi tuan rumah bersama untuk sebuah konferensi pada Februari mendatang. Konferensi tersebut akan fokus pada upaya memerangi ancaman Iran.

Eropa: Siapkan Sistem Pembayaran Berbisnis Dengan Iran

Adapun sebelumnya, Kementerian Keuangan AS telah memberlakukan sanksi terhadap dua milisi Iran di Suriah, dan Qeshm Fars Air, sebuah maskapai penerbangan sipil Iran. Maskapai penerbangan tersebut diduga mengangkut senjata ke Suriah untuk mendukung pemerintah Presiden Bashar Assad. Sanksi tersebut yakni memblokir aset yang berada di wilayah yuridiksi AS, dan melarang warga AS melakukan bisnis dengan mereka.

Pada saat yang sama, Kementerian Luar Negeri AS mengatakan kepada Kongres, mereka akan mencabut beberapa sanksi Iran. Pencabutan sanksi tersebut bertujuan agar perusahaan AS dapat menjual suku cadang ke maskapai penerbangan Iran. Adapun beberapa maskapai penerbangan Iran membutukan suku cadang untuk mengoperasikan pesawat Boeing, yang merupakan buatan AS.

Kepala Eksekutif Yayasan Pertahanan Demokrasi, Mark Dubowits mengatakan, sektor penerbangan Iran digunakan oleh Korps Pengawal Revolusi Iran yang memiliki hubunan jaringan militan. Adapun sektor penerbangan Iran digunakan untuk memperluas pengaruhnya di dalam maupun luar negeri.

Belgia, Denmark, Finlandia, Belanda, Norwegia, dan Swedia bergabung lewat saluran keuangan Instex. Mereka sepakat untuk mendukung upaya Uni Eropa memfasilitasi perdagangan dengan Iran. “Keenam negara itu dalam proses menjadi pemegang saham instrumen dalam Instrument in Support of Trade Exchanges (Instex) yang tunduk pada penyelesaian prosedur nasional,”

Instex didirikan oleh Perancis, Jerman, dan Inggris pada Januari 2019 untuk menyelamatkan perjanjian nuklir dengan Republik Islam Iran yang dikenal dengan Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA) setelah AS membatalkan kesepakatan.

Instex yang berbasis di Paris berfungsi sebagai lembaga kliring yang mengizinkan Iran menjual minyak dan mengimpor produk atau layanan lain ke negara-negara UE. Namun, sistem ini belum memperbolehkan transaksi apa pun.

Pada 2018, Washington menarik diri dari perjanjian internasional untuk program nuklir Iran dan kembali menjatuhkan sanksi berat terhadap Iran. Saluran perdagangan Instex dibuat untuk mengatasi sanksi AS tersebut dan memfasilitasi bisnis perusahaan UE dengan Iran.

Namun Iran sudah berulang kali menunjukkan negara-negara Uni Eropa kurang memberi dukungan agar kesepakatan nuklir tetap hidup. Iran bahkan membandingkan Instex dengan mobil cantik tanpa bahan bakar.

Tak puas dengan upaya negara-negara UE, Teheran mulai mengurangi komitmen nuklirnya di JCPOA. Langkah terbarunya sebagai tanggapan atas penarikan Washington secara sepihak dari kesepakatan itu, Iran mulai memperkaya uranium hingga lima persen di fasilitas nuklir Fordow.

Perancis, Jerman dan Inggris telah mengumumkan rencana menciptakan institusi baru untuk mengatasi masalah pembayaran transaksi bisnis dengan Iran, yang dikenal sebagai INSTEX. Dengan sistem ini maka masih terjadi aliran barang antara Uni Eropa dan Iran, kemudian pembayarannya dibukukan secara netto di perbankan Eropa. Pada dasarnya sistem ini digunakan terbatas untuk kepentingan kemanusiaan, yang mulanya dalam skema ini AS menjadi bagian di dalamnya.

Tetapi terkait dengan Iran, AS juga telah membekukan kepesertaannya dalam INSTEX. Terlepas dari keberhasilannya menekuk Iran, pemerintahan Presiden AS Donald Trump telah memperkuat insentif negara-negara lain untuk terlepas dari sistem keuangan yang berbasis di AS. Misalnya, di dalam menyikapi terhadap sanksi terkait dengan intervensinya di Ukraina tahun 2014, Rusia telah mengurangi kerentanan eksternalnya. Rusia sekarang adalah satu-satunya dari emerging market yang mengalami surplus fiskal dan surplus neraca transaksi berjalan, utang pemerintahnya rendah, dan cadangan devisa yang ample.

Rusia tidak lagi khawatir kehilangan akses terhadap pasar dana global. Rusia juga telah meningkatkan aliansi geopolitis dan ekonomi dengan Tiongkok. Kedua Negara barusan mengumumkan sistem pembayaran antarnegara yang baru untuk penyelesaian transaksi bisnis dengan menggunakan yuan dan rubel, yang awal transaksinya direncanakan tahun ini. Iran dan Turki juga berminat untuk bergabung dengan Tiongkok dan Rusia. Sementara itu, India dan Jepang telah mempunyai sistem pembayaran domestik yang independen. Rusia telah meluncurkan alat pembayaran yang bertujuan menghindari ketergantungannya terhadap jaringan pembayaran kartu kredit yang berpusat di AS. Sedan gkan di Tiongkok, aplikasi pembayaran digital yang berbasis handphone seperti Alibaba’s Alipay dan Tencent’s WeChat Pay telah berfungsi sebagai alat pembayaran yang menyerupai kartu kredit hanya dengan menggunakan telepon genggam.

Bahkan Uni Eropa juga sedang mencari alternatif. Sejumlah negara di Eropa mempertahankan hubungannya dengan Rusia, dan sebagiannya telah menandatangi kesepakatan berpartisipasi dalam “one Belt and one Road Initiative” dengan Tiongkok. Karena itu, terhubung dengan sistem pembayaran dengan Rusia-Tiongkok dapat menjadi alternatif untuk terhindar dari potensi sanksi dari AS terhadap proyek-proyek yang penting bagi kepentingan Eropa, seperti proyek pipa gas Nord Stream 2 antara Rusia dan Jerman. Di samping itu, Uni Eropa telah semakin tegas menyatakan bahwa  kedaulatan ekonominya adalah penting bagi eksistensinya, dan telah mengundang negara-negara lain dalam JCPOA untuk bergabung dengan INSTEX.

Stance kebijakan petinggi Uni Eropa telah jelas, yaitu memperluas basis pemakaian euro sebagai alat pembayaran internasional. Baru-baru ini Komisi Uni Eropa membeberkan rencana yang tertuang dalam proposal dengan tujuan memperluas pemakaian euro bagi non residen Uni Eropa yang di antaranya meliputi perdagangan energi, makanan dan sektor dirgantara.

Niat Eropa untuk mengurangi ketergantungannya pada sistem keuangan AS akan menjadi penyebab integrasi fiskal dan moneter Uni Eropa yang selama ini masih jalan di tempat, akan dapat direalisasikan pada awal 2020, ketika pemimpin Uni Eropa yang baru telah disumpah dan Brexit telah tuntas.